IBUKU SEMANGATKU-PART 2

 


    Aku berlari sekuat tenaga, aku malu. "Ya Allah tolonglah aku, tolonglah aku" doaku disetiap langkah kakiku. Nafasku semakin sesak, aku berhenti dan mencoba bersembunyi dibalik pohon pisang. Aku jadi geli sendiri karena aku baru sadar tubuhku gak ada bedanya dengan pohon pisang, Haha. Aku cekikian sendiri.  

"Eh, jangan lari kamu" terdengar suara kelas IX semakin mendekat. Aku kembali lari. Lari ini semakin cepat sampai ahirnya aku ampai rumah. Aku mencoba menenagkan diri diri dapur sebelum aku membersihkan diri. 

"Ha, siapa kamu?" Ibuku terlihat sangat kaget melihat wajah dan penampilanku. Ibu mengambil kayu dan ingin memukulku, mungkin aku dikira maling. 

"Ibu, ini aku, Raihan" menjelaskan kepada ibu.

"Ya Allah Raihan, kamu koq bisa wajahmu kaya gitu, itu kenapa?"

"Ceritanya panjang bu. Udah Raihan mau mandi dulu"

"Terus sepeda sama tas kamu dimana?"

"DIsawah bu, nanti Raihan ambil"

Sambil geleng-geleng ibunya Raihan pergi ke meja makan untuk menyiapkan makanan untuk Raihan. Setelah bersih-bersih raihan pergi makan. sementara ibunya memandangi anak semata wayangnya itu dengan penuh haru. 

 "Maafkan ibu Raihan, ibu tidak pernah memberikan makanan yang enak buat kamu"

"Ibu bilang apa sih, semua masakan ibu itu enak" Jawabku

"Tiap hari ibu hanya masak tahu dan tempe, ibu tidak bisa masak daging seperti Ibu Nung menyiapkan makanan untuk Arya"

"Bu, setap hari memang kita makan sederhana, tapi setiap hari ibu selalu ada buat Raihan. Sementara Ibu Nung, meski setiap hari masak daging untuk Arya, tapi Ibu Nung selalu berkata kasar kepada Arya.Suka membentak dan suka memaksakan kehendaknya sendiri. Kalaupun disuruh memilih, Raihan tetap akan tinggal dengan ibu. Kalau Raihan sudah sukses nanti, Raihan akan masakin daging buat ibu. Ibu mau pilih apa?Gulai, sate, soto atau?

Belum selesai aku bicara, ibu sudah memeluku. "Terimakasih Raihan, kamu memang anak sholeh, tidak pernah menuntut diluar kemampuan ibu" meneteslah airmata yang dari tadi ditahan ibu.

Itulah Ibuku. Ibu Hasanah. Pekerjaan ibuku penjual gula jawa di Desa Jagangsari. itu saja Ibuku hanya buruh. AKu tak pernah malu  dengan pekerjaan ibuku. Meski bukan pegawai negeri tetapi ibuku disiplin. Bangun Jam 3 Pagi, sholat tahajud dan dzikir sampai menjelang subuh. Sehabis subuh, ibuku membaca Al-Qur'an sampai jam setengah enam. Selanjutnya senam dulu selama sepuluh menit, ya gerakan-gerakan ringan saja agar tubuhnya tetap sehat. Mulai jam 6 ibu memasak untuk sarapan. Jam 7 ibu ganti baju rapi. Bukan mau kemana-mana. Ibuku mau indel (membuat gula jawa) haha. 

Suatu hari aku pernah komentar tentang seragam ibu untuk indel. "Kenapa si harus pake baju itu bu?Kaya mau kondangan saja"

Bayangkan ibuku kalau mau indel itu pakainya gamis, jilbaban dan karena sekarang musim covid-19 dia juga pake masker dan face shield. Masya Allah, ini ibu mau indel apa pengajian?

"Lho di rumah kan ya harus rapi juga kan han, katanya dianjurkan pemerintah untuk pake masker agar aman dari corona"

"Ya tapi tidak pake gamis juga kali bu, nanti kalau masuk, ikut jadi gula jawa, gimana itu gamisnya"

"Ya kan jaga jarak , gimana si kamu, siswa MTs koq gak ngerti anjuran pemerintah"

Belum selesai bicara, kaki ibuku tersandung ember dan gubraaaaaaaaaak.

"Raihan, tolong ibu jatuh ni"

"Katanya suruh jaga jarak" hehehe


Bersambung kE (Ibuku Semangatku) PART 3

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karima Maulida NN, Tokoh Inspiratif Milenial

Guru Nuhud Dapat Berkah Batik Dari Pengawas Cantik.

5 TIPS SUKSES ASESMEN KOMPETENSI GURU, KEPALA DAN PENGAWAS MADRASAH 2020